KARYA ILMIAH ANALISIS UNSUR INTRINSIK Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
04.13
By
Mohamad Febriansyah Nurohman
0
komentar
KARYA ILMIAH
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck
(Karya : Hamka)
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmad-Nya
bagi penulis sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tentang ”Analisis
Unsur Intrinsik Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya : Hamka”. Penulis
membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah menulis serta
memperlancar proses belajar-mengajar.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing
mata kuliah ”Menulis” Bapak Moch. Malik, S.Pd. yang telah memberikan bimbingan
dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terlaksana
dengan baik.
Akhirnya
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi
penyusunan maupun dari segi materi. Oleh karena itu dengan rasa rendah hati dan
hormat penulis menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun yang
dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hadirnya suatu karya
sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah
karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan
karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya
bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia kesusastraan
penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak
sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan
supra-rasional (Hardjana, 1981 : 61). Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang
tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang
penyair mengejewantahkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra.
Dalam dunia kesusastraan
selalu identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun
dari penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil
khayalan pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu (Hardjana, 1981
: 65). Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah
bentukan (out put) dari proses pemikiran (imajinatif) pengarang dalam
mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik.
Disamping itu,
pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan
untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur
yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan
saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna
yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca.
Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang
meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur
ekstrinsik adalah
unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat,
agama, politik, situasi zaman.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Rumusan
Masalah
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa unsur pembangun dalam karya sastra ada dua, yakni unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik.
Pada makalah ini penyusun akan menganalisis
karya sastra yang berbentuk roman dengan judul “Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijch” Karya Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka).
1.2.2 Penegasan
Konsep Variabel
Dalam makalah ini penulis hanya menganalisis satu variabel yaitu
: tentang analisis unsur intrinsik pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Karya (Hamka).
1.2.3 Deskripsi Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka
penyusun membatasi analisis terhadap cerpen ”1” tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck Karya Haji Abdul Karim Amirullah (Hamka) dengan melihat unsur
intrinsiknya yaitu : 1). Tema 2). Tokoh 3). Sudut Pandang.
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memberikan pengetahuan tentang unsur intrinsik terutama pada tema, tokoh, dan sudut pandang pada Roman Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck.
1.4 Pengertian istilah dalam judul
Judul dalam makalah ini adalah unsur
intrinsik pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Untuk menghindari
terjadinya salah tafsir dan salah persepsi terhadap permasalahan dalam judul ini, maka
penulis menjelaskan tentang istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut :
Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam
tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan
sudut pandang.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan
gambaran dalam makalah ini, maka dalam sistematika penulisan digambarkan secara
singkat mengenai isi makalah ini.
Bab I Pendahuluan,
didalamnya terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan terdiri dari atas
rumusan masalah, penegasan konsep variabel, deskripsi masalah, tujuan
pembahasan, pengertian istilah dalam judul dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritis,
pada bab ini penulis akan menguraikan sebagai berikut : pengertian prosa fiksi,
unsur intrinsik karya sastra, pengertian tema, tokoh, dan sudut pandang.
Bab IV Penutup, yang
berisi kesimpulan, saran, dan Daftar Pustaka. Dengan bab ini diharapkan mampu
memberikan dambaran tentang isi keseluruhan dari suatu penelitian yakni dengan
kesimpulan-kesimpulan. Selain itu juga dapat memberikan suatu saran-saran bagi
kita untuk menyempurnakan makalah ini.
BAB II
KAJIAN
TEORITIS
2.1. Pengertian
Prosa Fiksi
Sesuatu yang tidak dapat
kita tinggalkan dalam menganalisis karya sastra yang berbentuk prosa adalah
pengertian dari prosa itu sendiri. Menurut M. Saleh Saad yang dimaksud dengan
prosa fiksi adalah banruk cerita atau prosa kisaham yng mempunyai pemeran
lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal imajinasi,
Chamidah, dkk (1986) memberi pengertian bahwa prosa fiksi adalah cerita hasil
olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsira, serta penilaian tentang
peristiwa yang pernah terjadi dalam suatu peristiwa yang pernah terjadi atau
peristiwa yang berlangsung dalam khayal pengarang apa saja, Aminuddin (1995)
menambahkan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau lukisan yang diemban oleh
pelaku pelaku tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
terjalin suatu cerita, Yacob Sumarjo (1988, 53) menyatakan bahwa posisi fiksi
bermula dari kenyataan yangt kemudian diolah menjadi cerita rekaan yang tidak
benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
Secara hakiki atau
esensial prosa fiksi atau cerita rekaan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : (1) bercerita, sehingga bersifat naratif atau menyuguhkan cerita
dengan cerita ”To tell a story”. (2) cerita rekaan itu sebuah rekaan, sebuah
fiksi, sehingga cerita rekaan adalah suatu karya fiktif dan imajinatif, dan (3)
cerita rekaan disusun dalam bentuk prosa, sehingga cerita rekaan adalah cerita
prosa ”A narative prosa”.
Dalam dunia fiksi
terdapat juga kebenaran seperti halnya kebenaran dalam dunia nyata. Namun ada
perbedaan kebenaran dalam dunia fiksi dengan kebenaran di dunia nyata.
Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan keyakinan
pengarang, kebenaran yang telah diyakini ”keabsahannya”. (Wellek & Werren,
1989 ; 278-9 Dalan Nurgiantoro, 2005;6) mengemukakan bahwa realitas dalam karya
fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan
namun tidak selalu menyatakan kenyataan sehari-hari.
2.2. Unsur intrinsik
karya sastra
Cerita rekaan merupakan
sebuah totalitas yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, cerita
rekaan merupakan bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya secara erat. Unsur pembangun karya fiksi tersebut secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian yang dimaksud adalah unsur
intrinsik yang terdiri dari yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan
sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar tubuh
karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman, dan
tata nilai yang dianut masyarakat. Dalam pembahasan kali ini hanya dibicarakan
unsur intrinsik karya fiksi.
2.3. Tema, Tokoh,
dan Sudut Pandang
Tema
Menurut Sudjiman
(1988;50) menyatakan bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang
mendasari suatu karya. Menurut Eddi (1991;209) tema merupakan yang menjadi
dasar sebuah karangan. Stantin dan Kenni (dalam Nurgiyantoro, 2005;67) tema
merupakan makna yang terkandung di dalam sebuah cerita sedangkan Brooks an
Werren (dalam Tarigan. 1984; 125) menyatakan bahwa tema merupakan dasar atau
maksud cerita dengan kata lain Suhariyanto (1982; 28) manyatakan bahwa tema
dalah masalah pokok yang mendominasi suatu karya sastra.
Sebagai tokoh cerita
tema pada hakikatnya banyak mengangkat masalah-masalah kehidupan. Sehingga
untuk menafsirkan sebuah tema cerita rekaan pembaca harus memahami ilmu-ilmu
humanitas. Pada perkembangannya tema ada dua yakni tema pokok dan sub tema.
Untuk mengetahui tema pokok pembaca harus banyak menelaah masalah apa yang
banyak dibicarakan.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan
merupakan hal penting untuk sebuah keutuhan karya fiksi. Karena tokoh dan
penokohan akan memberikaqn warna tersendiri dalam sebuah karya fiksi. Tokoh
sebagai pelaku cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
perlakuan berujud manusia walaupun ada binatang maupun benda yang diinsankan.
Tokoh sebagai unsur cerita fiksi rekaan semata-mata jadi harus ada relevasi tokoh
dengan pembaca. Bahkan banyak tokoh cerita yang menjadi pujaan pembaca,
masyarakat, sehingga kehadirannya dalam cerita rekaan dirasakan dan dialami
pula oleh pembaca.
Sudut Pandang (point of view)
a. Pengertian Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan
posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dalam cerita sudut pandang (point
of view) menyaran pada pada sebuah cerita yang dikisahkan. Ia merupakan cara
dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, 1981;142 dalam Nurgiyantoro, 2005;
248). Dalam cerita rekaan sudut pandang dianggap sebagai salah satu unsur fiksi
yang penting dan menentukan. Sebelum pengarang menulis cerita mautidak mau ia
harus menentukan untuk memilih sudut pandang tertentu. Pemilihan sudut pandang
menjadi penting karena hal itu tak hanya berhubungan dengan masalah gaya saja,
akan tetapi bentuk-bentuk retorika bdan garmatika juga berpengaruh.
b. Macam-macam Sudut Pandang
Secara umum sudut
pandang dapat di bedakan menjadi tiga yaitu sudut pandang persona ketiga,
persona kedua dan sudut pandang campuran.
1. Sudut pandang
persona orang tokoh cerita”dia”
Dalam sudut pandang ini
narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebutkan nama atau kata gantinya ; ia, dia, mereka. Sudut
pandang dia dan kata gantinya dapat dibedakan ke dalam golongan berdasarkan
tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu
pihak pengarang, narator, dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tokoh ”dia” jadi bersifat maha tahu, dilain pihak ia
terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertiain” terhadap tokoh ”dia” yang
diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
2. Sudut pandang
persona pertama ”Aku”
Dalam sudut pandang ini
narator adalah seorang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”Aku” tokoh
yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya. Si ”Aku” tentu saja mempunyai
nama, namun karena ia mengisahkan pengalaman sendiri, nama itu jarang tersebut.
Penyebutan nama si ”Aku” mungkin justru berasal ari ucapan tokoh lain yang bagi
si ”aku” merupakan tokoh ”dia”.
Dalam sudut pandang ini
adalah sudut pandang yang bersifat internal maka jangkauannya terbatas. Narator
hanya bersifat maha tahu bagi dirinya sendiri dan tidak terhadap orang lain.
Sudut pandang ini kalau dilihat dari peran kedudukan si ”Aku” dalam cerita, si
”aku” mungkin jadi tokoh utama dan mungkin juga jadi tokoh tambahan.
3. Sudut pandang
campuran
Pengarang sudut pandang
yang bersifat campuran itu di dalam sebuah cerita rekaan, mungkin berupa
penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik ”dia” mahatahu dan ”dia”
sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik ”aku” sebagai tokoh utama dan
”aku” tambahan, bahkan dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga,
antara ”aku” dan ”dia” sekaligus (Nurgiyantoro, 2005;2006).
BAB III
ANALISIS
OBJEK
3.1. Tema Dalam
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijch
Tema yang terkandung
dalam Roman Tenggelamnya Kapal Vander Wijch adalah tema tradisional yakni cinta
tak sampai antara Zainuddin dengan Hayati karena dihalangi oleh tembok besar
yang disebut adat.Tema cinta tak sampai adalah tema pokok dari Roman Tenggelamnya
Kapal Van der wijck. Karena masalah yang menyaran pada tidak sampainya cinta
sampainya cinta Zainuddin kepada Hayati. Selain ada tema utama dalam roman
Tenggelamnya Kapal Vander Wijch juga ada tema bawahan atau tema minor yakni
kawin paksa antara tokoh Hayati dengan tokoh Aziz, masalah adat dan lain
sebagainya.
3.2. Tokoh dalam
Roman Tenggelamnya Kapal Vander Wijch
Dalam roman Tenggelamnya
Kapal Vander Wijch ditampilkan tokoh utama yakni Zainuddin, Hayati, Aziz, dan
Khadijah. Keempat tokoh ini ditampilkan secara langsung dan disajikan dengan
cakapan/dialog, tingkah laku, tehnik arus kesadaran, tehnik reaksi tokoh,
tehnik reaksi tokoh lain, tehnik penulisan fisik, dasn pikiran tokoh. Di pihak
lain selain tokoh-tokoh utama ada juga tokoh tambahan yang menjadi penunjang
hadirnya tokoh utama yakni Base (orang tua angkat dari tokoh Zainuddin) yang
ditampilkan secara langsung dengan cakapan/dialog, tingkah laku, reaksi tokoh,
lukisan fisik, dan pikiran tokoh. Tokoh Mande Jamilah (bako tokoh
Zainuddin) yang ditampilkan langsung, keluarga Hayati yang ditampilkan dengan
langsung, tokoh muluk dan orang tuanya yang ditampilkan secara langsung pula.
Semua tokoh-tokoh diatas baik tokoh utama maupun tokoh tambahan kadangkala
ditampilkan dengan penokohan campuran yaitu metode kombinasi dengan cara-cara
yang ada agar lebih efektif dan menarik.
3.3. Sudut Pandang
dalam Roman Tenggelamnya Kapal Vander Wijch
Sudut pandang yang
digunakan dalam roman tenggelamnya kapal Van Der Wijk adalah sudut pandang
pesona ketiga ”dia” baik sudut pandang ” dia ” maka tahu
(third-person-omnisdient) dan sudut pandang ”dia” terbatas atau ’dia sebagai
pengamat (third-person-iimited)
Sudut pandang pesona
ketiga ”dia” maha tahu (third-person-omnisdient) dalam Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck narator mampu menceritakan sesuatu yang bersifat baik, dapat
diindera, maupun sesuatu yang terjadi dalam hati dan pikiran tokoh, bahkan
lebih dari seorang tokoh. Sehingga pembaca menjadi tahu keadaan luar-dalam
masing-masing tokoh. Misalnya penggambaran tokoh Zainuddin dengan tokoh Hayati
seolah-olah tidak ada rahasiapun tentang yang tidak diketahuinya.
Sudut pandang persona
ketiga ”dia” terbatas (third-person-iimited), tokoh yang paling banyak perannya
dalam roman tenggelamnya kapal Van Der Wijk adalah Zainuddin dan Hayati,
kedua tokoh utama tersebut digambarkansecara gamblang melalui adanya deskripsi
dan cerita yang lebih merupakan laporan pengamat kepada pembaca.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Roman Tenggelamnya kapal
Vander Wijck adalah karya fiksi yang unsur instrinsiknya sebagai berikut.
1. Temanya adalah
kasih tak sampai
2. Tokoh utamanya
adalah Zainuddin dan Hayati serta ditunjang oleh beberapa tokoh tambahan
lainnya sebagai penunjang tokoh utama.
3. Sudut pandang
yang digunakan adalah sudut pandang pesona ketiga ”dia”.
4.2 SARAN-SARAN
Marilah kita senantiasa
buntuk membaca dan menelaah apa yang ada disekitar kita untuk mempertajam
fikiran dalam rangka terbentuknya insal kamil, salah satu caranya adalah dengan
menelaah karya sastra yang sarat akan nilai kemanusiaan dan kehidupan (masalah
humanitas).
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nurgiyantoro, Burhan.
2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Hamka.
1970. Tenggelamnya Kapal
Arikunto,Suharsimi.1997.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,
edisi
Revisi IV. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Atar, Simi. 1993.Metode Penelitian sebuah Pengantar. Jakarta
: Pusat
Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Drs.Nasruddin Razak. Dienul Islam
.Hamka,1986.Tenggelamny Kapal Van Der Wijck .
Jakarta: PT Bulan Bintang
Kam.Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa,ed.3.-cet.2.- Jakarta: Balai
Pustaka.2002.
Muhammad AM. 2000.Jenis-Jenis Penelitian. Unpublished.
Articele.
Moleong, L,J.Metode Penelitian Kualitatif.PT Remaja
Kosdakarya. Bandung.
Nurgiantoro,
Burhan.2009.Teori Pengkajian Fiksi.Gadjah
Mada Univrersity
Press.
Sumardjono Jakop &
Saini, KM. 1986.Apresiasi Kesusastraan.
Jakarta;
PT.Grammedia.
Tarigan,Hendri
Guntur.1986.Prinsip Dasar-Dasr Sastra. Bandung;
PT Angkasa
0 komentar: